![Pelarian massal terjadi di penjara keamanan maksimum Maputo](https://termapan.com/wp-content/uploads/2024/12/Pelarian-massal-terjadi-di-penjara-keamanan-maksimum-Maputo-818x490.jpg)
Termapan – Pada Senin, 23 Desember 2024, insiden pelarian massal terjadi di sebuah penjara dengan keamanan maksimum yang terletak di dekat ibu kota Mozambik, Maputo. Peristiwa ini dipicu oleh kerusuhan yang meletus setelah pengumuman hasil pemilihan presiden negara tersebut. Pengumuman yang mengonfirmasi kemenangan Daniel Chapo, kandidat dari partai yang berkuasa, FRELIMO, memicu ketegangan di seluruh negeri.
Dewan Konstitusi Mozambik, pada tanggal yang sama, mengesahkan hasil akhir dari pemilu yang diselenggarakan pada Oktober 2024, yang secara resmi menetapkan Chapo sebagai pemenang. Keputusan tersebut menambah ketegangan, karena ketidakpuasan terhadap hasil pemilu semakin meningkat di berbagai daerah di negara itu. Salah satu dampak langsung dari pengumuman tersebut adalah terjadinya kerusuhan besar yang memicu pelarian massal dari Penjara Keamanan Maksimum Maputo.
Sekretaris Tetap Kementerian Kehakiman, Justino Tonela, mengonfirmasi insiden pelarian ini. Ia menyatakan bahwa meskipun timnya masih bekerja di lapangan untuk mengumpulkan data lebih lanjut, pelarian tersebut benar-benar terjadi. Sumber-sumber lain melaporkan bahwa sekitar 1.534 narapidana berhasil kabur dalam kerusuhan ini. Komandan Jenderal Polisi Mozambik, Bernardino Rafael, menambahkan bahwa dalam insiden tersebut, 33 narapidana dilaporkan tewas, sementara 15 lainnya mengalami luka-luka. Meskipun begitu, polisi berhasil menangkap sekitar 150 narapidana yang kabur setelah peristiwa tersebut.
Penjara Keamanan Maksimum Maputo, yang berlokasi sekitar 14 kilometer dari ibu kota, dikenal sebagai tempat penahanan lebih dari 3.000 narapidana. Mayoritas tahanan di tempat ini dihukum karena kejahatan kekerasan, termasuk pembunuhan. Kondisi penjara yang padat dan pengawasan ketat membuat insiden pelarian ini sangat mencolok dan menambah ketegangan yang terjadi di negara tersebut.
Pemilu yang berlangsung pada 9 Oktober 2024, sebenarnya sudah menunjukkan indikasi ketidakpuasan publik terhadap hasil sementara. Kandidat independen, Venancio Mondlane, yang merasa dirugikan, mengecam hasil awal dan menyerukan pembangkangan sipil secara luas sebagai respons terhadap kemenangan Chapo. Ketidaksetujuan ini tidak hanya terfokus pada hasil pemilihan, tetapi juga mencerminkan ketegangan politik yang semakin memanas, yang akhirnya merembet ke dalam kejadian-kejadian kekerasan dan kerusuhan seperti yang terjadi di penjara tersebut.
Peristiwa pelarian massal ini menjadi sorotan internasional, karena mengungkapkan seberapa besar ketegangan yang terjadi di dalam negeri setelah pemilu, serta masalah sosial dan politik yang lebih dalam. Sebagian besar narapidana yang kabur berasal dari kalangan pelaku kejahatan kekerasan, dan ini menunjukkan tantangan besar bagi pemerintah dalam menjaga keamanan dan ketertiban di dalam fasilitas-fasilitas pemasyarakatan. Selain itu, kerusuhan ini menambah daftar panjang ketidakstabilan yang sudah terjadi di negara tersebut pasca-pemilu, yang seharusnya dapat dijadikan momen penting bagi perubahan positif.
Pihak berwenang kini berfokus pada usaha penangkapan kembali narapidana yang kabur dan mengendalikan situasi di dalam penjara serta wilayah-wilayah yang terdampak kerusuhan. Insiden ini juga menimbulkan pertanyaan besar tentang keefektifan sistem keamanan di penjara dan perlunya reformasi dalam manajemen pemasyarakatan untuk mencegah kejadian serupa di masa depan. Kejadian ini menjadi peringatan keras bagi pihak berwenang untuk lebih waspada terhadap potensi kerusuhan dan kekerasan yang dapat terjadi di masa-masa mendatang.