Termapan – Iran berencana memberikan tanggapan terhadap surat yang dikirim oleh Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, terkait isu nuklir. Surat yang telah diterima sekitar dua pekan sebelumnya akan segera dijawab oleh pihak Iran dalam waktu dekat. Hal ini disampaikan oleh Menteri Luar Negeri Iran, Abbas Araghchi, dalam sebuah acara resmi pada Kamis.
Sebuah laporan dari Axios yang dirilis sehari sebelumnya mengungkapkan bahwa surat tersebut ditujukan kepada Pemimpin Tertinggi Iran, Ali Khamenei. Dalam isi surat itu, Trump dikabarkan memberikan tenggat waktu selama dua bulan bagi Iran untuk mencapai kesepakatan nuklir yang baru dengan Amerika Serikat.
Menurut Araghchi, surat yang dikirim oleh Trump tidak hanya mengandung unsur ancaman tetapi juga menyebut adanya peluang tertentu yang bisa dipertimbangkan oleh Iran. Dalam pernyataannya, ia menegaskan bahwa Iran akan memberikan tanggapan yang sesuai dan mengirimkannya dalam beberapa hari mendatang.
Meski demikian, Araghchi kembali menekankan bahwa negosiasi langsung antara Teheran dan Washington tidak akan terjadi selama tekanan, ancaman, dan sanksi tambahan masih diberlakukan oleh Amerika Serikat. Sikap ini diambil sebagai bentuk ketegasan Iran dalam mempertahankan kedaulatan dan kebijakan luar negerinya.
Presiden Trump sebelumnya telah mengonfirmasi bahwa dirinya memang mengirim surat kepada Khamenei. Dalam surat itu, ia menawarkan untuk memulai kembali perundingan terkait perjanjian nuklir. Trump juga menyatakan bahwa ia lebih memilih menyelesaikan masalah ini melalui jalur diplomasi dibandingkan dengan penggunaan kekuatan militer.
Kesepakatan nuklir Iran yang sebelumnya telah ditandatangani pada 2015 melibatkan enam negara besar, yakni China, Prancis, Rusia, Inggris, Amerika Serikat, dan Jerman. Berdasarkan perjanjian tersebut, Iran setuju untuk mengurangi aktivitas nuklirnya dengan imbalan pencabutan sanksi ekonomi yang selama ini diberlakukan terhadap negara itu.
Namun, perjanjian tersebut mulai runtuh setelah Amerika Serikat memutuskan untuk menarik diri pada 2018, di bawah kepemimpinan Trump. Sanksi ekonomi terhadap Iran kembali diterapkan, yang akhirnya mendorong Iran untuk mengurangi komitmennya terhadap kesepakatan tersebut secara bertahap.
Sebagai bentuk respons terhadap tindakan AS, Iran mulai mencabut berbagai pembatasan yang sebelumnya telah disepakati, termasuk dalam hal riset nuklir dan pengayaan uranium. Langkah ini dilakukan sebagai upaya untuk menekan pihak-pihak lain dalam perjanjian tersebut agar tetap mematuhi komitmen mereka terhadap Iran.
Dengan surat yang dikirim oleh Trump, situasi mengenai perjanjian nuklir ini kembali menjadi sorotan dunia internasional. Iran kini berada dalam posisi untuk mempertimbangkan langkah selanjutnya, apakah akan membuka peluang negosiasi baru atau tetap pada kebijakan sebelumnya.
Meskipun surat tersebut dikabarkan mengandung tawaran tertentu, tekanan ekonomi dan sanksi yang masih berlangsung tetap menjadi hambatan utama dalam upaya mencapai kesepakatan baru. Iran masih bersikeras bahwa setiap perundingan hanya dapat dilakukan jika tekanan dari AS dihentikan terlebih dahulu.
Dalam beberapa hari ke depan, tanggapan Iran terhadap surat Trump akan menjadi faktor penting dalam menentukan arah hubungan antara kedua negara. Jika Iran memilih untuk merespons secara diplomatis, kemungkinan besar akan ada peluang baru untuk negosiasi. Namun, jika tanggapan yang diberikan bersifat tegas dan menolak tawaran yang diajukan, ketegangan antara Iran dan Amerika Serikat kemungkinan akan terus berlanjut.
Sementara itu, komunitas internasional terus memantau perkembangan situasi ini dengan cermat. Negara-negara yang sebelumnya terlibat dalam perjanjian nuklir Iran juga diharapkan dapat memainkan peran dalam meredakan ketegangan dan mencari solusi yang dapat diterima oleh semua pihak.
Dengan dinamika politik yang terus berubah, masa depan kesepakatan nuklir Iran masih penuh dengan ketidakpastian. Keputusan Iran dalam beberapa hari mendatang akan menjadi penentu utama dalam hubungan diplomatiknya dengan Amerika Serikat dan negara-negara lain yang terlibat dalam perjanjian tersebut.