![Peran Penting Operator Ina-TEWS](https://termapan.com/wp-content/uploads/2024/12/Peran-Penting-Operator-Ina-TEWS.png)
Termapan – Muhaimin, seorang seismolog senior dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), menjalani hari-harinya dalam ruang pengoperasian Tsunami Early Warning System Indonesia (Ina-TEWS) di Gedung C BMKG, Jakarta. Ruangan yang tak terlalu luas ini dipenuhi dengan perangkat komputer dan monitor besar yang memantau data seismik dari seluruh Indonesia. Untuk memastikan peralatan ini berfungsi optimal, suhu ruang kerja dijaga antara 18 hingga 20 derajat Celcius, mencegah perangkat elektronik dari panas berlebih. Meskipun ruangan ini dingin, Muhaimin harus mengenakan beberapa lapis pakaian untuk tetap nyaman bekerja dalam kondisi tersebut.
Sebagai supervisi para operator Ina-TEWS, Muhaimin bertanggung jawab memastikan bahwa setiap data seismik dianalisis dengan benar. Dalam tim yang terdiri dari 14 orang, mereka bekerja bergantian dalam shift 4 jam setiap harinya. Tugas mereka adalah memantau lebih dari 600 unit seismometer yang tersebar di seluruh Indonesia, memastikan bahwa tidak ada getaran gempa yang terlewatkan. Setiap gempa yang terdeteksi, baik yang kecil maupun besar, harus segera dianalisis dan dipublikasikan agar masyarakat dapat segera mengetahui potensi tsunami yang mengikutinya.
Untuk memastikan keberhasilan sistem Ina-TEWS, setiap detik sangat berharga. Ketika terjadi gempa, tim di pusat monitoring harus menentukan dalam waktu kurang dari dua menit apakah gempa tersebut berpotensi menimbulkan tsunami. Dengan bantuan algoritma canggih, data geofisika diproses untuk memodelkan penyebaran gelombang tsunami serta memprediksi waktu dan tinggi gelombang yang akan tiba di daratan. Kecepatan dan ketepatan adalah kunci utama dalam tugas ini, karena kesalahan sekecil apa pun dapat berakibat fatal bagi keselamatan masyarakat.
Muhaimin menegaskan bahwa salah satu tujuan utama Ina-TEWS adalah memberikan peringatan dini kepada masyarakat, memungkinkan mereka untuk segera melakukan evakuasi. Sistem ini sangat penting untuk menghindari tragedi seperti yang terjadi pada 26 Desember 2004, ketika gempa berkekuatan 9,1-9,3 magnitudo di Samudra Hindia meluluhlantakkan Aceh dan menyebabkan lebih dari 170 ribu korban jiwa. Saat itu, Indonesia belum memiliki sistem peringatan dini tsunami yang memadai, dan banyak nyawa melayang karena lambatnya distribusi informasi.
Sejak saat itu, sistem Ina-TEWS dibangun untuk memberikan peringatan dini tsunami secepat mungkin setelah gempa terdeteksi. Berkat perkembangan teknologi, saat ini Indonesia mampu memberikan peringatan tsunami dalam waktu kurang dari tiga menit setelah gempa terjadi, sebuah kemajuan yang signifikan dibandingkan dengan rata-rata 8-10 menit pada beberapa tahun lalu. Kemajuan ini dimungkinkan berkat pemanfaatan internet, media sosial, dan saluran komunikasi lainnya yang dikelola oleh Kementerian Telekomunikasi dan Digital.
Sebagai bagian dari upaya untuk terus meningkatkan kecepatan dan akurasi sistem, pada tahun 2024, lebih dari 17.000 gempa telah terdeteksi di Indonesia, termasuk satu gempa berkekuatan 5,0 magnitudo yang mengguncang Jawa Barat. Meskipun gempa ini tidak diikuti tsunami, sistem Ina-TEWS berhasil memberikan peringatan yang akurat dan tepat waktu, membantu pemerintah dan masyarakat untuk bersiap menghadapi dampaknya.
Muhammad Obie, salah satu anggota tim operator Ina-TEWS, menceritakan bagaimana mereka bekerja dengan adrenalin tinggi saat gempa besar melanda Jawa Barat pada September 2024. Begitu gempa terjadi, seluruh tim segera bekerja sama untuk menganalisis data dan mengirimkan laporan. Beruntung, gempa tersebut tidak memicu tsunami, namun tim tetap memastikan bahwa semua langkah tanggap darurat dilakukan dengan tepat.
Dengan kecepatan dan akurasi yang dimiliki sistem Ina-TEWS, Indonesia kini memiliki sistem peringatan dini yang jauh lebih baik daripada sebelumnya. Keberhasilan ini tentunya tidak lepas dari kerja keras para operator dan seismolog seperti Muhaimin, yang setiap hari berusaha memberikan yang terbaik demi keselamatan masyarakat Indonesia. Sistem ini, yang terus diperbarui dan ditingkatkan, diharapkan dapat melindungi lebih banyak nyawa dari bencana alam yang tak terduga.