
Termapan – Kementerian Agama Republik Indonesia (Kemenag) menyoroti rendahnya kualitas penelitian yang dilakukan oleh banyak dosen di bawah naungannya. Hasil evaluasi yang dilakukan oleh Inspektorat Jenderal Kemenag menunjukkan bahwa banyak penelitian yang hanya dilakukan untuk memenuhi kewajiban sebagai tenaga pengajar, bukan untuk memberikan kontribusi nyata bagi masyarakat. Inspektur Jenderal Kemenag, Faisal Ali Hasyim, mengungkapkan bahwa dari hasil evaluasi tersebut, banyak riset yang dilakukan para dosen hanya sebatas formalitas tanpa memperhatikan dampaknya terhadap permasalahan sosial yang ada.
Faisal menjelaskan bahwa Menteri Agama, Nasaruddin Umar, telah memberikan instruksi yang jelas agar setiap penelitian dosen dapat menjawab persoalan-persoalan yang dihadapi oleh masyarakat. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya kontribusi riset dalam memecahkan masalah yang ada di tingkat lokal, nasional, bahkan global. Menurut Faisal, penelitian yang hanya berfokus pada pemenuhan kewajiban administratif saja tidak akan memberikan dampak yang berarti terhadap perkembangan ilmu pengetahuan dan kemajuan masyarakat. Oleh karena itu, Kemenag mendorong setiap perguruan tinggi di bawah naungannya untuk menghasilkan riset yang lebih relevan dan bermanfaat.
Selain itu, dalam proses evaluasi tersebut, Inspektorat Jenderal Kemenag juga menemukan bahwa ada sejumlah penelitian yang terindikasi plagiat. Temuan ini tentu saja menambah kekhawatiran mengenai integritas dalam dunia pendidikan, terutama di perguruan tinggi yang berada di bawah Kemenag. Plagiat dianggap sebagai pelanggaran serius yang dapat mencederai reputasi tidak hanya dosen yang terlibat, tetapi juga lembaga pendidikan dan kementerian secara keseluruhan. Faisal menegaskan bahwa hal tersebut tidak boleh dibiarkan dan harus segera ditindaklanjuti agar dunia pendidikan dapat berjalan dengan prinsip kejujuran dan etika yang tinggi.
Lebih lanjut, Faisal juga menyarankan agar setiap dosen tidak hanya fokus pada pengajaran teori semata. Ia menilai bahwa pengajaran di perguruan tinggi selama ini masih banyak yang berfokus pada materi teoretis, sementara pengajaran yang lebih praktis dan aplikatif masih kurang. Oleh karena itu, ia menyarankan agar dosen lebih banyak memberikan contoh dan cara berpikir yang lebih aplikatif kepada mahasiswa. Dengan begitu, mahasiswa tidak hanya memahami teori, tetapi juga mampu mengaplikasikan ilmu yang didapat untuk menyelesaikan permasalahan nyata di masyarakat.
Sebagai bagian dari solusi, Faisal mendorong para dosen untuk mengajak mahasiswa membaca lebih banyak jurnal ilmiah yang sudah dipublikasikan. Dengan mengakses berbagai jurnal tersebut, mahasiswa diharapkan dapat memperluas wawasan mereka, meningkatkan cara berpikir kritis, dan lebih memahami berbagai permasalahan yang terjadi di masyarakat. Pembacaan jurnal ini juga dapat memperkaya materi ajar yang disampaikan, sehingga pembelajaran di perguruan tinggi menjadi lebih dinamis dan relevan dengan kebutuhan dunia nyata.
Pada kesempatan yang sama, Kemenag juga terus berupaya memperkuat kualitas pendidikan tinggi di lingkungan perguruan tinggi keagamaan negeri dengan meningkatkan integritas dan kualitas riset. Hal ini merupakan bagian dari upaya untuk menciptakan SDM yang tidak hanya terdidik secara akademik, tetapi juga memiliki kepedulian dan kemampuan untuk mengatasi tantangan yang dihadapi oleh masyarakat Indonesia. Seiring dengan upaya tersebut, diharapkan bahwa riset yang dihasilkan oleh dosen-dosen perguruan tinggi keagamaan negeri dapat lebih berfokus pada solusi praktis untuk mengatasi masalah-masalah sosial dan kemanusiaan.
Dengan adanya penguatan dalam riset dan integritas akademik, diharapkan perguruan tinggi di bawah Kemenag bisa semakin berkontribusi dalam mengembangkan ilmu pengetahuan yang bermanfaat dan aplikatif. Kemenag berharap agar kedepannya penelitian yang dilakukan tidak hanya memenuhi kewajiban, tetapi juga dapat memberikan kontribusi nyata dalam pembangunan bangsa, baik dalam aspek sosial, ekonomi, maupun budaya.