
Termapan – Presiden Lithuania, Gitanas Nauseda, bersama Menteri Dalam Negeri, Kestutis Budrys, menyerukan tindakan tegas kepada NATO untuk memperkuat perlindungan terhadap infrastruktur bawah laut di Laut Baltik. Seruan ini muncul setelah insiden kerusakan kabel bawah laut EstLink 2, jaringan listrik bawah laut yang menghubungkan Finlandia dan Estonia, yang terjadi pada Rabu (25/12).
Insiden tersebut memunculkan kekhawatiran serius di kawasan Baltik terkait keamanan infrastruktur strategis. Menurut laporan perusahaan listrik Finlandia, Fingrid, terdapat dua kapal yang berada di sekitar lokasi kabel sebelum kerusakan terjadi. Hal ini memicu dugaan bahwa gangguan tersebut bukan sekadar kecelakaan.
Dalam pernyataan di platform X pada Kamis (26/12), Presiden Nauseda menegaskan pentingnya meningkatkan pengamanan infrastruktur bawah laut. “Kerusakan kabel listrik bawah laut antara Finlandia dan Estonia menyoroti meningkatnya frekuensi gangguan terhadap infrastruktur maritim di Laut Baltik. Perlindungan terhadap aset strategis ini harus menjadi prioritas dalam kerja sama kawasan, baik melalui NATO maupun kemitraan bilateral,” ujar Nauseda.
Nauseda juga menyoroti bahwa insiden-insiden semacam ini tidak dapat lagi dianggap sebagai kebetulan. “Jumlah kejadian yang melibatkan infrastruktur bawah laut semakin meningkat, dan ini harus menjadi peringatan serius bagi NATO serta Uni Eropa,” tambahnya.
Sementara itu, Kestutis Budrys menekankan perlunya tindakan segera dari pihak terkait. Dalam pernyataan resminya, ia menyebut bahwa meningkatnya insiden yang memengaruhi infrastruktur kritis di Laut Baltik harus ditanggapi dengan serius. “Semua mekanisme NATO serta format keamanan regional harus segera diaktifkan. Selain itu, pembaruan aturan navigasi di perairan dangkal perlu dipertimbangkan untuk meminimalkan risiko,” ungkap Budrys.
Lithuania juga mengumumkan bahwa pihaknya terus berkomunikasi dengan Estonia dan Finlandia mengenai insiden EstLink 2. Lithuania bahkan menyatakan kesiapannya untuk memberikan dukungan penuh dalam proses penyelidikan guna mengungkap penyebab kerusakan.
Insiden ini turut menarik perhatian Sekretaris Jenderal NATO, Mark Rutte. Rutte menyatakan bahwa NATO sedang memantau penyelidikan terkait kerusakan kabel dan siap memberikan bantuan sesuai kebutuhan. Hal ini mencerminkan keseriusan aliansi tersebut dalam menangani ancaman terhadap infrastruktur strategis di kawasan Eropa Utara.
Tidak hanya kabel EstLink 2, Estonia juga melaporkan adanya kerusakan pada tiga kabel komunikasi bawah laut lainnya yang menghubungkan negara tersebut dengan Finlandia. Menurut laporan dari Otoritas Perlindungan Konsumen dan Pengaturan Teknis Estonia (TTJA), dua kabel dimiliki oleh Elisa Group, sementara satu kabel lainnya adalah milik CITIC Telecom. Hingga kini, penyebab kerusakan pada kabel-kabel tersebut belum diketahui secara pasti.
Jaringan kabel EstLink sendiri memiliki peran penting dalam sistem kelistrikan di kawasan Baltik dan Skandinavia. Terdapat dua jaringan utama, yakni EstLink 1 yang mulai beroperasi pada 2007 dan EstLink 2 yang diresmikan pada 2014. Kabel-kabel ini berfungsi sebagai saluran utama untuk suplai listrik antara Finlandia dan Estonia serta mendukung integrasi pasar energi di kawasan tersebut.
Kerusakan yang terjadi pada kabel EstLink 2 menyoroti pentingnya pengamanan infrastruktur bawah laut yang semakin vital dalam konektivitas energi lintas negara. Insiden ini juga menegaskan perlunya kerja sama internasional yang lebih erat untuk melindungi aset-aset strategis dari potensi ancaman, baik yang disengaja maupun tidak disengaja.
Dalam konteks geopolitik, Laut Baltik memiliki posisi strategis yang penting, menjadikannya kawasan yang rentan terhadap gangguan. Dengan meningkatnya ketegangan global dan ancaman terhadap infrastruktur maritim, seruan Lithuania untuk memperkuat pengamanan infrastruktur bawah laut menjadi langkah penting yang harus segera ditindaklanjuti oleh NATO dan negara-negara anggota.
Upaya ini bukan hanya untuk menjaga stabilitas energi di kawasan, tetapi juga untuk memastikan keamanan seluruh jaringan infrastruktur strategis di Eropa Utara. NATO dan Uni Eropa diharapkan dapat merumuskan kebijakan bersama untuk mengantisipasi dan merespons ancaman yang mungkin terjadi di masa depan.